27 September, 2011

di kala ini aku duduk termenung keseorangan mengenangkan kembali nasib yang menimpa diri ini dan juga apakah yang akan atau bakal berlaku terhadap aku...aku mengenangkan segala kejadian-kejadian yang telah menimpa aku sepanjang aku hidup dan membesar slama 25tahun ini..apabila aku duduk mengenangkan semuanya mula lah perkara yang paling perit bg aku aku muncul kembali..

aku mula terkenangkan kisah aku pada tahun 2009 yang memberi impak yang sangat mendalam buat aku dan keluarga aku..aku sendiri tidak menyedari akan tindakan aku yang terlalu mudah berkawan sehingga aku di tipu bulat2 oleh lelaki yang suke mengambil kesempatan atas kesempitan org lain..kajadian itu mnyebabkan aku trauma untuk berkawan dengan lelaki dan tidak mudah untuk aku mempercayai lelaki sehinggalah aku bertemu dengan I yang aku berkeyakinan akan melindungi aku seumur hidup aku..

kebanyakkan nye ramai yg berkata kpd aku, aku terlalu awal untuk menilai kebaikkan I tp mereka semua salah krn aku yg kenal dan tahu die mcm mana. I tidak lah seperti mana yang mereka fikirkan..setelah hampir 8 tahun perkenalan kami yang perhubungan hanyalah sebagai kawan aku yakin yg I bukan lah seorg lelaki yg jahat. die amat menghormati perempuan..untuk menzalimi perempuan memang jauh sekali..I mmg seorang yang penyayang dari mula persahabatan kami lagi..I banyak menaikkan semangat aku sekiranya aku mula lemah, lemah dengan dugaan dan segala kenangan pahit yang datang menyinggah dalam kotak fikiran aku..di saat aku merasa tertekan dan kemurungan I lah yang banyak me'release kan tekanan dan kemurungan aku..
skang ni, sekiranya I tiada di sisi aku, aku mula merasa kehilangannya..perasaan aku tiba-tiba menjadi takut..takut akan masa lalu aku menyinggah kembali di dalam kotak fikiran aku..aku x boleh berjauhan dengan I..kalau boleh aku inginkan I sentiasa berada disisi aku walau dimana dan di setiap saat aku berada dan terjaga..aku tidak boleh bayangkan seandainya I tiada di sisi aku buat selama-lamanya..aku selalu berdoa kepada Tuhan agar aku dan I tidak terpisah melainkan ia sudah ditakdirkan oleh Allah dan Allah menginginkan ianya terjadi..

 'Ya Allah Ya Tuhanku...Panjangkanlah usia perhubungan aku dan I agar kami bisa bersatu sebagai suami isteri yang sah di sisi Mu sehingga ke akhir hayat kami Ya Allah' amin amin ya rabbal alamin..........

sama-samalah kite mendoakan yang terbaik untuk pasangan ini..semoga pasangan ini bisa bersatu suatu hari nanti..

berserah

Berserah..
Aku takut mengharap,
Aku takut menunggu,
... Aku takut merancang,
dan Aku sangat takut kecewa lagi.

Jodoh..
Andai engkau memang jodohku, tunggulah.
Jika tiada jodoh antara kita, terimalah.




Aku reda..
Untuk sekarang, maafkan aku kerana mempunyai perasaan ‘itu’.
Cukuplah ikatan ‘teman’ ini sebagai penghubung aku dan kau.
Aku tidak pernah mengharap lebih.
Terima kasih untuk segalanya. Aku hanya berserah kepada-Nya.

14 September, 2011

jujur

Korang sering mencari dan memerlukan satu perkara besar yang berfungsi sebagai perisai dalam perjuangan mengharap reda Ilahi iaitu KEJUJURAN!
 
Kejujuran apabila menguasai hati, akan menjadikan hati itu HATI YANG JUJUR. Jujur yang sangat kita perlukan ini bukan sekadar kejujuran terhadap sesama manusia. Paling utama jujur dalam mengambil hanya hak kita. Seiring merelakan hak orang lain. Ia mesti berlaku serentak...
 
Jujur adalah sebuah ungkapan yang selalu kita dengar dan menjadi pembicaraan. Apalagi perkara kejujuran merupakan perkara yang berkaitan dengan banyak masalah keislaman, samaada akidah, akhlak ataupun muamalah, di mana yang terakhir ini memiliki banyak cabang. Seperti perkara jual-beli, utang-piutang, sumpah, dan sebagainya.

Jujur merupakan sifat yang terpuji. Allah menyanjung orang-orang yang mempunyai sifat jujur dan menjanjikan balasan yang berlimpah untuk mereka. Termasuk dalam jujur adalah jujur kepada Allah, jujur dengan sesama manusia dan jujur kepada diri sendiri. Sebagaimana yang terdapat dalam hadis yang shahih bahwa Nabi bersabda :

“Senantiasalah kalian jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta.”

Macam-Macam Jenis Kejujuran
  1. Jujur dalam niat dan kehendak. Ini kembali kepada keikhlasan. Kalau suatu amal tercampuri dengan kepentingan dunia, maka akan merusakkan kejujuran niat, dan pelakunya bisa dikatakan sebagai pendusta, sebagaimana kisah tiga orang yang dihadapkan kepada Allah, yaitu seorang mujahid, seorang qari’, dan seorang dermawan. Allah menilai ketiganya telah berdusta, bukan pada perbuatan mereka tetapi pada niat dan maksud mereka.
  2. Jujur dalam ucapan. Wajib bagi seorang hamba menjaga lisannya, tidak berkata kecuali dengan benar dan jujur. Benar/jujur dalam ucapan merupakan jenis kejujuran yang paling tampak dan terang di antara macam-macam kejujuran.
  3. Jujur dalam tekad dan memenuhi janji. Contohnya seperti ucapan seseorang, “Jikalau Allah memberikan kepadaku harta, aku akan membelanjakan semuanya di jalan Allah.” Maka yang seperti ini adalah tekad. Terkadang benar, tetapi adakalanya juga ragu-ragu atau dusta. Hal ini sebagaimana firman Allah:
    “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya).” 
    (QS. al-Ahzab: 23)
    Dalam ayat yang lain, Allah berfirman,
    “Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah, ‘Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh.’ Maka, setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).” 
    (QS. at-Taubah: 75-76)
  4. Jujur dalam perbuatan, yaitu seimbang antara lahiriah dan batin, hingga tidaklah berbeda antara amal lahir dengan amal batin, sebagaimana dikatakan oleh Mutharrif, “Jika sama antara batin seorang hamba dengan lahiriahnya, maka Allah akan berfirman, ‘Inilah hambaku yang benar/jujur.’”
  5. Jujur dalam kedudukan agama. Ini adalah kedudukan yang paling tinggi, sebagaimana jujur dalam rasa takut dan pengharapan, dalam rasa cinta dan tawakkal. Perkara-perkara ini mempunyai landasan yang kuat, dan akan tampak kalau dipahami hakikat dan tujuannya. Kalau seseorang menjadi sempurna dengan kejujurannya maka akan dikatakan orang ini adalah benar dan jujur, sebagaimana firman Allah,
    “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” 

    (QS. al-Hujurat: 15)

09 September, 2011

berserah

Berserah..
Aku takut mengharap,
Aku takut menunggu,
Aku takut merancang,
dan Aku sangat takut kecewa lagi.

Jodoh..
Andai engkau memang jodohku, tunggulah.
Jika tiada jodoh antara kita, terimalah.

Aku reda..
Untuk sekarang, maafkan aku kerana mempunyai perasaan ‘itu’.
Cukuplah ikatan ‘teman’ ini sebagai penghubung aku dan kau.
Aku tidak pernah mengharap lebih.
Terima kasih untuk segalanya. Aku hanya berserah kepada-Nya.

08 September, 2011

hapuslah airmata di pipi, hilangkanlah resah di hati

KEGELISAHAN, kedukaan dan air mata adalah bagian dari sketsa hidup di dunia. Tetesan air mata yang bermuara dari hati dan berselaputkan kegelisahan jiwa terkadang memilukan, hingga membuat keresahan dan kebimbangan. Kedukaan karena kerinduan yang teramat sangat dalam menyebabkan kepedihan yang menyesakkan rongga dada. Jiwa yang rapuh pun berkisah pada alam serta isinya, bertanya, dimanakah pasangan jiwa berada. Lalu, hati menciptakan serpihan kegelisahan, bagaikan anak kecil yang hilang dari ibunya di tengah keramaian.

KEINGINAN BERTEMU pasangan jiwa, bukankah itu sebuah fitrah? Semua itu hadir tanpa disadari sebelumnya, hingga tanpa sadar telah menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan. Sebuah fitrah pula bahwa setiap wanita ingin menjadi seorang ISTERI dan IBU yang baik ketimbang menjalani hidup dalam kesendirian. Dengan sentuhan kasih sayang dan belaiannya, akan terbentuk jiwa-jiwa yang sholeh dan sholehah.



DUHAI …


Betapa mulianya kedudukan seorang wanita, apalagi bila ia seorang wanita beriman yang mampu membina dan menjaga keindahan cahaya ISLAM hingga memenuhi setiap sudut rumahtangganya.


الله Subhanahu wa Ta’ala pun telah menciptakan wanita dengan segala keistimewaannya, hamil, melahirkan, menyusui hingga keta’atan dan memenuhi hak-hak suaminya laksana arena jihad fii sabilillah. Karenanya, yakinkah batin itu tiada goresan saat melihat pernikahan wanita lain di bawah umurnya? Pernahkah kita menyaksikan kepedihan wanita yang berazam menjaga kehormatan diri hingga ia menemukan kekasih hati? Dapatkah kita menggambarkan perasaannya yang merintih saat melihat kebahagiaan wanita lain melahirkan? Atau, tidakkah kita melihat kilas tatapan sedih matanya ketika melihat aqiqah anak kita?

LETIH …


Sungguh amat letih jiwa dan raga. Sendiri mengayuh biduk kecil dengan rasa hampa, tanpa tahu adakah belahan jiwa yang menunggu di sana.



DUHAI UKHTI SHOLEHAH …


Dalam ISLAM, kehidupan manusia bukan hanya untuk dunia fana ini saja, karena masih ada akhirat. Memang, setiap manusia telah diciptakan berpasangan, namun tak hanya dibatasi dunia fana ini saja. Seseorang yang belum menemukan pasangan jiwanya, insya الله akan dipertemukan di akhirat sana, selama ia beriman dan bertaqwa serta SABAR atas ujian-Nya yang telah menetapkan dirinya sebagai lajang di dunia fana. Mungkin sang pangeran pun tak SABAR untuk bersua dan telah menunggu di tepi syurga, berkereta kencana untuk membawamu ke istananya.


Keresahan dan kegelisahan janganlah sampai merubah pandangan kepada SANG PEMILIK CINTA. Kalaulah rasa itu selalu menghantui, usah kau lara sendiri, duhai ukhti. Taqarrub-lah kepada الله Subhanahu wa Ta’ala. Kembalikan segala urusan hanya kepada-Nya, bukankah hanya Ia yang Maha Memberi dan Maha Pengasih. Ikhtiar, munajat serta untaian doa tiada habis-habisnya curahkanlah kepada Sang Pemilik Hati. Tak usah membandingkan diri ini dengan wanita lain, karena الله Subhanahu wa Ta’ala pasti memberikan yang terbaik untuk setiap hamba-Nya, meski ia tidak menyadarinya.


Usahlah dirimu bersedih lalu menangis di penghujung malam karena tak kunjung usai memikirkan siapa kiranya pasangan jiwa. Menangislah karena air mata permohonan kepada-Nya di setiap sujud dan keheningan pekat malam. Jadikan hidup ini selalu penuh dengan harapan baik kepada Sang Pemilik Jiwa. Bersiap menghadapi putaran waktu, hingga setiap gerak langkah serta helaan nafas bernilai ibadah kepada الله Subhanahu wa Ta’ala. Tausyiah-lah selalu hati dengan tarbiyah Ilahi hingga diri ini tidak sepi dalam kesendirian.

Bukankah kalau sudah saatnya tiba, jodoh tak akan lari kemana. Karena sejak ruh telah menyatu dengan jasad, siapa belahan jiwamu pun telah dituliskan-Nya.



SABARLAH UKHTI SHOLEHAH …


Bukankah mentari akan selalu menghiasi pagi dengan kemewahan sinar keemasannya. Malam masih indah dengan sinar lembut rembulan yang dipagar bintang gemintang. Kicauan bening burung malam pun selalu riang bercanda di kegelapan. Senyumlah, laksana senyum mempesona butir embun pagi yang selalu setia menyapa.


Hapuslah air mata di pipi dan hilangkan lara di hati. Terimalah semua sebagai bagian dari perjalanan hidup ini. Dengan kebesaran hati dan jiwa, dirimu akan menemukan apa rahasia di balik titian kehidupan yang telah dijalani. Hingga, kelak akan engkau rasakan tak ada lagi riak kegelisahan dan keresahan saat sendiri.

Wallahu a’lam bi shawab.